2
" A Y A H "
Posted by Jari Keriting
on
Minggu, April 10, 2011
in
Cerita Rasa
Assalamu’alaik warahmatullah wabarokatuh...
Yah, mungkin ayah bingung saat menerima surat ini, tapi aku minta beberapa menit saja, tolong dengar ini hingga selesai.
Aku hanya ingin mengucapkan sepatah kata “maaf”, yg tak mampu keluar langsung dari bibir ini karena malu dan ego yg bercampur.
Maaf yah,
Selama ini ku tlah salah mengerti tentangmu. Aku yg menganggapmu tak pernah peduli dan sayang padaku, hanya karena tak mampu memenuhi semua keinginanku, padahal aku yg tak pernah mau berpikir dan melihat sejauh mana kemampuanmu, yg da ada hanya bisa meminta dan memaksa.
Maaf yah,
aku menuntutmu terlalu banyak, bahkan untuk mengerti bahwa aku butuh pendidikan tinggi di era globalisasi ini, padahal engkau dengan keterbatasanmu yg tak mengenal aksara, memiliki keinginan agar anakmu ini mampu menulis dan membaca, itu saja sudah luar biasa,
Maaf yah,
maafkan anakmu ini, yg dengan kesombongan yg terpatri dihati, sering berkata dan bersikap kurang sopan dan tak tahu diri, dan sering menyakiti hatimu.
Maafkan cara bicaraku yg melebihi suaramu,
sikapku saat diselimuti amarah,
kekeras kepalaanku saat kau melarang,
aku yg selalu tak mau menuruti pintamu,
atas malam-malammu yg gelisah karena ulahku yg tak biasa.
Yah,
halaman ini takkan cukup jika harus kutulis semua kesalahan dan kekurang ajaranku padamu, dan walau kupinjam semua kata maaf yg bertebaran dihari lebaran, tak akan mampu membayar durhakaku.
Yah, selain maaf, akupun ingin menyampaikan dua kata lagi,
“terima kasih”
Terima kasih,
atas peluhmu yg menetes demi nafkah halal untuk keluargamu,
atas kesabaranmu menghadapi kelabilanku,
atas kebijakanmu memberiku hak untuk memilih jalanku dan menjalani pilihanku,
walau terkadang juga sempat diselingi dengan amarah,
tapi aku yakin dilubuk hatimu, tak pernah terbersit sedikit pun benci kepadaku.
Terima kasih,
atas semua yg kau lakukan demi aku,
demi senyumku,
demi nyenyak tidurku,
demi kenyang perutku,
dan demi keringnya air mataku.
Terima kasih,
atas semua dan semua yg tlah kuterima
yg tak layak ku bayar dengan harta dunia
Yah,
Meski dunia menempatkanmu tak sebanding derajat ibu, itu tak membuatku menempatkanmu disana. Bagiku kau tetap memiliki tempat istimewa tersendiri dihati ini. Kebisuanku dihadapanmu, bukan berarti aku acuh padamu. Aku hanya malu atas apa yg tlah ku perbuat selama ini. Dan surat ini kutulis untuk mengungkapkan semua yg menghuni hati. Sungguh bukan bermaksud menghinamu dengan ini, karena aku tak lupa kalau engkau tak paham aksara, ini kulakukan karena ku tak sanggup bila harus bicara langsung dihadapanmu, pasti hanya akan jadi peristiwa tangis meringis yg malah hanya menghalangi bibirku mengutarakan semua yg ingin ku ucap, meski sudah kurangkai dalam otak.
Dengan bantuan siapapun engkau terjemahkan sandi-sandi ini, tolong sampaikan terimakasihku padanya, dari si pengecut dengan nyali menciut yg hanya mampu bicara lewat aksara.
Wassalamu'alaik warahmatullah wabarokatuh
Anakmu
8 Januari 2011 jam 0:25
*_*
Yah, mungkin ayah bingung saat menerima surat ini, tapi aku minta beberapa menit saja, tolong dengar ini hingga selesai.
Aku hanya ingin mengucapkan sepatah kata “maaf”, yg tak mampu keluar langsung dari bibir ini karena malu dan ego yg bercampur.
Maaf yah,
Selama ini ku tlah salah mengerti tentangmu. Aku yg menganggapmu tak pernah peduli dan sayang padaku, hanya karena tak mampu memenuhi semua keinginanku, padahal aku yg tak pernah mau berpikir dan melihat sejauh mana kemampuanmu, yg da ada hanya bisa meminta dan memaksa.
Maaf yah,
aku menuntutmu terlalu banyak, bahkan untuk mengerti bahwa aku butuh pendidikan tinggi di era globalisasi ini, padahal engkau dengan keterbatasanmu yg tak mengenal aksara, memiliki keinginan agar anakmu ini mampu menulis dan membaca, itu saja sudah luar biasa,
Maaf yah,
maafkan anakmu ini, yg dengan kesombongan yg terpatri dihati, sering berkata dan bersikap kurang sopan dan tak tahu diri, dan sering menyakiti hatimu.
Maafkan cara bicaraku yg melebihi suaramu,
sikapku saat diselimuti amarah,
kekeras kepalaanku saat kau melarang,
aku yg selalu tak mau menuruti pintamu,
atas malam-malammu yg gelisah karena ulahku yg tak biasa.
Yah,
halaman ini takkan cukup jika harus kutulis semua kesalahan dan kekurang ajaranku padamu, dan walau kupinjam semua kata maaf yg bertebaran dihari lebaran, tak akan mampu membayar durhakaku.
Yah, selain maaf, akupun ingin menyampaikan dua kata lagi,
“terima kasih”
Terima kasih,
atas peluhmu yg menetes demi nafkah halal untuk keluargamu,
atas kesabaranmu menghadapi kelabilanku,
atas kebijakanmu memberiku hak untuk memilih jalanku dan menjalani pilihanku,
walau terkadang juga sempat diselingi dengan amarah,
tapi aku yakin dilubuk hatimu, tak pernah terbersit sedikit pun benci kepadaku.
Terima kasih,
atas semua yg kau lakukan demi aku,
demi senyumku,
demi nyenyak tidurku,
demi kenyang perutku,
dan demi keringnya air mataku.
Terima kasih,
atas semua dan semua yg tlah kuterima
yg tak layak ku bayar dengan harta dunia
Yah,
Meski dunia menempatkanmu tak sebanding derajat ibu, itu tak membuatku menempatkanmu disana. Bagiku kau tetap memiliki tempat istimewa tersendiri dihati ini. Kebisuanku dihadapanmu, bukan berarti aku acuh padamu. Aku hanya malu atas apa yg tlah ku perbuat selama ini. Dan surat ini kutulis untuk mengungkapkan semua yg menghuni hati. Sungguh bukan bermaksud menghinamu dengan ini, karena aku tak lupa kalau engkau tak paham aksara, ini kulakukan karena ku tak sanggup bila harus bicara langsung dihadapanmu, pasti hanya akan jadi peristiwa tangis meringis yg malah hanya menghalangi bibirku mengutarakan semua yg ingin ku ucap, meski sudah kurangkai dalam otak.
Dengan bantuan siapapun engkau terjemahkan sandi-sandi ini, tolong sampaikan terimakasihku padanya, dari si pengecut dengan nyali menciut yg hanya mampu bicara lewat aksara.
Wassalamu'alaik warahmatullah wabarokatuh
Anakmu
8 Januari 2011 jam 0:25
*_*